Rata-rata tujuan perdagangan kapal dagang VOC pada waktu itu adalah Padang.
Elin Yunita Kristanti
VIVAnews - Gelombang tsunami yang menerjang Mentawai pada 25 Oktober 2010 menguak keberadaan kapal kuno yang diduga milik VOC, serikat dagang Belanda.
Bangkai kapal sepanjang 50 meter itu tak sengaja ditemukan di perairan dangkal sedalam 18 meter di dekat Pulau Sandiang, Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Kondisi kapal relatif bagus, bahkan satu tiang di bagian tengah kapal masih utuh.
Berdasarkan penelusuran sejarah, sejarawan Universitas Andalas, Profesor Gusti Asnan, yakin itu memang kapal VOC. “Saya meyakini kemungkinan besar ini kapal VOC yang hilang tenggelam pada abad ke-16. Jika diberi kesempatan, mudah untuk menelusurinya,” ujar kata Gusti Asnan, kepada VIVAnews, Rabu, 22 Desember 2010.
Ia yakin, kapal itu tak lebih tua dari abad ke-16. Ada beberapa alasan. Pertama, sebelum abad ke-16 sedikit sekali kapal asing yang berlayar melewati Samudera Hindia menuju Nusantara. Kedua, pelayaran pada umumnya melewati Banda Aceh dan menyusuri Selat Malaka.
“Hanya dua atau tiga kapal yang berlayar ke nusantara melewati Banda Aceh yakni pedagang dari Gujarat, India. Jadi sangat kecil kemungkinannya kapal kayu ini buatan abad ke-12 hingga 15,” ungkapnya.
Diceritakan dia, awalnya, kapal-kapal dagang dari Belanda cenderung berlayar ke tanah air melewati jalur Selat Malaka. Kebiasaan ini berubah setelah Portugis menguasai Malaka dan memaksa kapal dagang Belanda mengalihkan jalur ke Samudera Hindia.
Rata-rata tujuan perdagangan kapal dagang VOC pada waktu itu adalah Padang sebagai pusat di Sumatera dan Banten di Selat Sunda. "Pada umumnya pedagang dari Eropa selalu memutar dari Tanjung Pengharapan (Afrika) sebelum bertolak ke tanah air menuju Selat Sunda melewati Enggano," ujar Gusti.
Diceritakan dia, kala itu Padang merupakan pusat perdagangan VOC di pantai barat Samudera Hindia. Kapal-kapal dagang Belanda kerap melewati Mentawai saat menuju Padang atau daerah-daerah lain di Tanah Air.
Soal keramik dari China dan Vietnam yang ditemukan di sekitar bangkai kapal, Gusti mengatakan, saat itu China dan Vietnam memang memiliki kemampuan untuk menghasilkan kendi dan gerabah bermutu bagus. Khusus Vietnam, negara di Asia Tenggara ini terkenal dengan kendi dan gerabahnya yang bernilai tinggi.
Hasil penelitian Gusti selama tiga tahun terakhir untuk mengungkap jalur perdagangan Asia Tenggara dengan Jepang, menunjukkan bahwa pada abab-abad tersebut Vietnam, Thailand, Banten, dan China memiliki ikatan perdagangan yang kuat. (Laporan: Eri Naldi, Padang | kd)
• VIVAnews